Balai Kota Surabaya
Gedung
utama Balai Kota di Taman Surya di daerah Ketabang itu mulai dibangun pada
tahun 1923 dan mulai ditempati pada tahun 1927. Arsiteknya ialah C. Citroen dan
pelaksanaannya H.V. Hollandsche Beton Mij. Biaya seluruhnya, termasuk
perlengkapan dan lain-lainnya, menghabiskan dana sekitar 1000 gulden.
Ukuran
gedung utama : panjang 102 m dan lebar 19 m. Konstruksinya terdiri dari
tiang-tiang pancang beton bertulang yang ditanam, sedangkan dinding-dindingnya
diisi dengan bata dan semen. Atapnya terbuat dari rangka besi dan ditutup
dengan sirap, Belakangan atap ini kemudian diganti dengan genteng.
Stasiun Beos Jakarta
Stasiun kereta api ini dulunya biasa disebut dengan
nama B.O.S = Bataviasche Ooster Spoorweg [Batavia Eastern Railway], namun bagi
penduduk Jakarta
tempo dulu, stasiun ini sering dilafalkan dengan Bé-OS. Kini nama stasiun ini
dikenal dengan nama Stasiun JakartaKota.
Stasiun ini didirikan pada tahun 1929. Stasiun Beos merupakan salah satu landmark kota Jakarta Tua, didirikan pada awal tahun 1930an, yang juga merupakan lambang dari arstitektur bergaya modern pada masa itu. Merupakan pusat dari semua perjalanan kereta api pada masanya dan juga merupakan stasiun pertama yang dibuat.
Stasiun ini didirikan pada tahun 1929. Stasiun Beos merupakan salah satu landmark kota Jakarta Tua, didirikan pada awal tahun 1930an, yang juga merupakan lambang dari arstitektur bergaya modern pada masa itu. Merupakan pusat dari semua perjalanan kereta api pada masanya dan juga merupakan stasiun pertama yang dibuat.
Gereja Bleduk Semarang
Gereja Blenduk (kadang-kadang dieja Gereja Blendug dan
seringkali dilafazkan sebagai mBlendhug) adalah Gereja Kristen tertua di
Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda yang
tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk heksagonal (persegi delapan).
Gereja ini sesungguhnya bernama Gereja GPIB
Immanuel, di Jl. Letjend.
Suprapto 32. Kubahnya besar, dilapisi perunggu, dan di dalamnya terdapat sebuah
orgel Barok. Arsitektur di dalamnya dibuat berdasarkan salib Yunani. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh W.
Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung
gereja ini. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat setempat yang
berarti kubah. Gereja ini hingga sekarang masih dipergunakan setiap hari
Minggu. Di sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa
kolonial Belanda.
Lawang Sewu Semarang
Lawang
Sewu merupakan sebuah
gedung di Semarang, Jawa Tengah yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai
pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.
Masyarakat
setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu) dikarenakan bangunan
tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada
tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi
dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).
Fort Rotterdam
Makassar
Fort
Rotterdam atau Benteng
Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai
sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Benteng
ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi'
kallonna. Awalnya benteng
ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14
Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang
bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng
Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak
merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa,
bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di
daratan maupun di lautan.
Istana Bogor
Istana
Bogor dahulu bernama Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti
"tanpa kekhawatiran".
Sejak
tahun 1870 hingga 1942, Istana Bogor merupakan tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jenderal
Belanda dan satu orang Gubernur Jenderal Inggris.
Pada
tahun 1744 Gubernur Jenderal Gustaaf Willem
Baron Van Imhoff
terkesima akan kedamaian sebuah kampung kecil di Bogor (Kampung Baru), sebuah
wilayah bekas Kerajaan Pajajaran yang terletak di hulu Batavia. Van Imhoff
mempunyai rencana membangun wilayah tersebut sebagai daerah pertanian dan
tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal.
Gedung Agung Yogyakarta
Gedung
utama kompleks istana ini mulai dibangun pada Mei 1824 yang
diprakarsai oleh Anthony Hendriks Smissaerat, Residen Yogyakarta ke-18 (1823-1825) yang menghendaki adanya "istana"
yang berwibawa bagi residen-residen Belanda sedangkan
arsiteknya adalah A. Payen.
Karena
adanya Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830) pembangunan gedung itu tertunda. Pembangunan tersebut diteruskan setelah
perang tersebut berakhir yang selesai pada 1832. Pada 10 Juni 1867, kediaman
resmi residen Belanda itu ambruk karena gempa bumi. Bangunan baru pun didirikan
dan selesai pada 1869. Bangunan inilah yang menjadi gedung utama komplek Istana Kepresidenan
Yogyakarta yang sekarang disebut juga Gedung Negara.
Pada 19 Desember 1927, status
administratif wilayah Yogyakarta sebagai karesidenan ditingkatkan menjadi
provinsi di mana Gubernur menjadi penguasa tertinggi. Dengan demikian gedung
utama menjadi kediaman para gubernur Belanda di Yogyakarta sampai masuknya Jepang.
Gedung Sate Bandung
Gedung
Sate, dengan ciri khasnya
berupa ornamen tusuk sate pada menara sentralnya, telah lama menjadi penanda
atau markah tanah Kota Bandung yang tidak saja dikenal masyarakat di Jawa Barat, namun juga seluruh Indonesia bahkan model bangunan itu dijadikan pertanda bagi
beberapa bangunan dan tanda-tanda kota di Jawa Barat. Misalnya bentuk gedung
bagian depan Stasiun Kereta Api Tasikmalaya. Mulai dibangun tahun 1920, gedung berwarna putih ini masih berdiri kokoh
namun anggun dan kini berfungsi sebagai gedung pusat pemerintahan Jawa Barat.
Gedung
Sate yang pada masa Hindia Belanda itu disebut Gouvernements Bedrijven
(GB), peletakan batu pertama dilakukan oleh Johanna Catherina Coops, puteri sulung Walikota Bandung, B. Coops dan Petronella Roelofsen, mewakili Gubernur Jenderal di Batavia, J.P. Graaf van
Limburg Stirum pada
tanggal 27 Juli 1920, merupakan hasil perencanaan sebuah tim yang terdiri dari Ir.J.Gerber, arsitek muda kenamaan lulusan Fakultas
Teknik Delft Nederland, Ir. Eh. De Roo dan Ir. G. Hendriks serta pihak Gemeente van Bandoeng,
diketuai Kol. Pur. VL. Slors dengan melibatkan 2000 pekerja, 150 orang
diantaranya pemahat, atau ahli bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu
berkebangsaan Cina yang berasal dari Konghu atau Kanton, dibantu
tukang batu, kuli aduk dan peladen yang berasal dari penduduk Kampung Sekeloa, Kampung Coblong Dago, Kampung
Gandok dan Kampung Cibarengkok, yang sebelumnya mereka menggarap Gedong Sirap (Kampus ITB) dan Gedong
Papak (Balai Kota Bandung).
4 komentar:
Waduh keren keren nih
Waduh keren keren nih
Mari kunjungi segera artikel yang berisi info judi di Agen Pusat Samgong iniDomino
Judi Sakong 69
Cerita Seks Abg
Cewek Terapis Spa
Link Alternarif Ceme
Link Alternarif BandarQ
Posting Komentar